MENYIKAPI HASIL PILPRES

MENYIKAPI HASIL PILPRES

Hingar bingar pesta demokrasi pemilihan umum telah selesai. Hasil Pemilihan Presiden yang diumumkan KPU tanggal 20 Maret 2024 menunjukkan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka memperoleh suara terbanyak (58,58%).

Pasangan calon Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar 24,95%, dan Paslon Ganjar Pranowo – Mahfud MD 16,47%. Suara sah sebanyak  164.227.475 suara. 

Kubu yang kalah perlu legawa meski sedih, kecewa, kesal, dan marah dengan proses Pemilu. Inilah kenyataan yang harus dihadapi. Kecewa yang berlarut-larut malah merusak diri sendiri. Penting untuk bisa mengendalikan pikiran dan emosi. 

Kubu yang menang  laksanakan amanah dan wujudkan janji selama kampanye. Akhiri euforia. Jangan senang berlebihan dan jumawa. Apalagi merendahkan kubu rival. 

Posisi kawan dan lawan berakhir begitu hasil Pemilu diumumkan. Kepentingan sekarang memajukan bangsa dan memakmurkan rakyat oleh pemimpin baru yang terpilih.

Menata Hati

Bagaimana menghadapi kenyataan dari hasil kerja keras kita? 

Pertama, sabar.

Setiap manusia memiliki keinginan. Ada yang berhasil memperolehnya dengan mudah. Ada pula yang sudah berusaha keras tetapi gagal. Allah SWT memerintahkan untuk bersabar. Disampaikan di surat Al- Baqarah ayat 153.

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ  إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ

Wahai orang-orang yang beriman, minta pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Kedua, ridha menerima kenyataan.

 

Cara bersikap ridha adalah berhusnuzan atas ketetapan Allah. Memahami kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan. Ridha akan melahirkan kekuatan karena mampu menerima setiap ketetapan dengan lapang dada. Apa pun yang kita dapat dari Allah, pasti memiliki hikmah yang besar untuk masa depan.

 

Dalam hadis qudsi Allah berfirman,”Aku selalu menuruti persangkaan hambaKu kepadaKu. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepadaKu maka dia akan mendapatkan keburukan.” (HR Tabrani dan Ibnu Hibban)

 

Firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 216.

 

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ شَرٌّۭ لَّكُمْ  وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

 

Boleh jadi kamu benci sesuatu padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu suka sesuatu padahal ia buruk bagimu. Dan Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahuinya. 

 

Setelah menata hati untuk bisa menerima kenyataan, maka cerminkan dengan sikap seperti ini

 

Pertama, menaati pemimpin selama bukan dalam kemaksiatan

Wasiat Rasulullah SAW sebagaimana disampaikan oleh Irbadh bin Sariyah radhiallahu anhu yang tercantum dalam hadis Arbain An-Nawawi nomor 28.

عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةً مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ

Dari Abu Najih Irbadh bin Sariyah ra, dia berkata: Rasulullah SAW pernah memberikan nasihat kepada kami dengan sebuah nasihat yang menyebabkan hati bergetar dan air mata berlinang, lalu kami berkata: Ya Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat orang yang akan berpisah, maka berilah kami wasiat. Beliau bersabda, ”Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada penguasa) meskipun kalian diperintah oleh seorang budak Habasyi. Dan sesungguhnya siapa di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, dan hati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan, karena setiap bid’ah adalah sesat.” (HR Tirmidzi dan dia berkata bahwa hadits ini hasan shahih)

Ketaatan terhadap pemimpin merupakan ketaatan yang terikat, bukan ketaatan secara mutlak. Sehingga ketaatan kepada pemimpin hanya dalam hal-hal yang makruf, tidak termasuk taat dalam maksiat. 

Allah berfirman dalam surat An-Nisa’: 59.

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ 

“Wahai sekalian orang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul serta ulil amri kalian.”

Ayat di atas menempatkan ketaatan kepada pemimpin setelah taat kepada Allah dan rasul. Maka ini menjadi kaidah, menurut para ulama, bahwa ketaatan kepada pemerintah wajib, selama perintah dan programnya sejalan dengan ketaatan kepada Allah dan rasul. Jika perintah dan programnya bertentangan dengan ajaran Islam, maka tidak boleh mendengar dan taat. 

Rasulullah SAW bersabda:

”Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau dia tidak sukai, kecuali kalau diperintahkan untuk melakukan maksiat. Apabila diperintahkan untuk berbuat maksiat tidak ada ketaatan.”  (HR Bukhari dan Muslim)

Kedua, bersabar ketika melihat yang tidak disukai

Rasulullah SAW mengajarkan ketika seorang muslim melihat perkara yang tidak disukai dari pemimpinnya.  

مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

”Barang siapa melihat sesuatu yang dia benci dari pemimpinnya, hendaklah dia bersabar atasnya. Sungguh siapa pun yang melepaskan diri sejauh satu jengkal saja dari jamaah kaum muslimin lantas dia mati maka kematiannya itu adalah keadaan mati jahiliah.” (HR Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Ketiga, doakan kebaikannya.

Mendoakan kebaikan pemimpin adalah akhlak para salafus saleh. Karena kebaikan pemimpin merupakan modal untuk mendapatkan kebaikan umum yang besar untuk rakyat dan negara. 

Fudhail bin ‘Iyadh berkata:

لو أن لي دعوة مستجابة ما صيرتها إلا في الإمام

”Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku.

Nabi SAW mengatakan:

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ « لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ


”Sebaik-baik pemimpin adalah yang mencintai kalian dan kalian pun mencintai mereka, serta mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Sejelek-jelek pemimpin adalah yang membenci kalian dan kalian pun membenci mereka, serta mereka mengutuk kalian dan kalian pun mengutuk mereka.” Beliau ditanya,”Wahai Rasulullah, apakah kami boleh memerangi mereka?” Beliau  bersabda,”Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat sesuatu yang tidak baik dari pemimpin kalian, bencilah tindakannya tetapi jangan melepas ketaatan kalian terhadap mereka.” (HR Muslim: 1855)

Maka sangat indah lantunan doa yang sering dibacakan para khatib Jumat dan diaminkan oleh jamaah. Bunyi doa tersebut adalah

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ الََّتِيْ تُعِيْنُهُ عَلَى الْخَيْرِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ



Ya Allah, berilah kami keamanan di negeri-negeri kami. Jadikanlah pemimpin kami dan para pemegang urusan kami orang yang saleh. Jadikanlah loyalitas kami untuk orang yang takut kepadaMu, bertakwa kepadaMu, dan mengikuti keridhaanMu, ya Rabbal ‘alamin. Ya Allah, berikanlah taufik kepada pemimpin kami untuk menempuh jalan petunjukMu, jadikanlah sikap dan perbuatan mereka sesuai ridhaMu, dan karuniai mereka teman dekat yang baik untuk mereka, yang membantunya dalam kebaikan, ya Rabbal ‘alamin.